FML!
“FML!”
Kata pertama yang selalu terlintas di pikiran setiap
masalah silih berganti mendatangi hidup saya. Selalu mencoba optimis menghadapi
hidup, tapi selalu saja mendapati diri di jalan buntu. Ingin berteriak
sekencang-kencangnya pada orang-orang. WHY ME? Ingin mengeluh pada Tuhan,
mengapa hidup saya sesulit ini?
“Ya ampun tik, drama banget elu dah”
Well, coba kalian rasakan sendiri bagaimana sulitnya
jadi saya yang sekarang. Tepat tanggal 27 September 2017, saya kehilangan
motivasi hidup saya. Ya, ayah saya telah kembali ke hadapan sang pencipta.
Hidup saya jadi terasa berat setiap harinya tanpa beliau. Saya tidak suka ibu
saya. Beliau dan saya selalu saja berdebat, bahkan untuk hal-hal kecil. Setiap
ingin mencoba bercerita atau bercanda dengan beliau, selalu saja diakhiri
dengan pembicaraan yang tidak menyenangkan. I hate her, but I love her. Why? Karena
bagaimanapun beliau adalah ibu yang selama ini membesarkan saya.
Ini hanya postingan soal masalah hidup saya sih,
biar orang yang SOTA dan KEPO tentang saya bisa mendapat informasi yang
sebenar-benarnya dari saya sendiri hehe. Sebenarnya gak mau cerita di blog,
tapi kayaknya gak ada yang bakalan baca juga deh hahah.
“Tik, lu sakit apa sih?”
“Tik, kok jarang ngampus?”
"Tik, kenapa putus sama doi?"
"Tik, kenapa putus sama doi?"
“Tik, ibu elu kenapa?”
“Oke, sabar. W jawab satu persatu dah”
Jadi kalau gak salah awal bulan September itu saya
mengikuti kegiatan PKL kampus di salah satu desa. Saya tidak mengikuti kegiatan
itu dengan maksimal karena sering pusing dan mual. Rasanya tuh kayak pengen
muntah setiap saat. Lucunya saat itu saya telat datang bulan. Saya panik dong
haha! Kan saya anak baik-baik, mana mungkin saya anu kan hahah. Selang beberapa
hari kemudian, saya dapet. Itu senengnya kebangetan lho, sampai teriak ‘Alhamdulillah’
segala hahaha. Kok masih seneng-seneng aja nih? Mana masalahnya? Hehe sabar
cuy!
Well, kematian
dan jodoh seseorang memang hanya Tuhan yang tau. Entah kita akan dipertemukan
dengan yang mana dahulu itu bagaikan sekumpulan tempe, tidak ada yang tahu. Hehe.
Setelah kepergian ayah, saya yang merasa paling kehilangan beliau tentu
selalu dilanda kesedihan setiap harinya. Tiap sudut rumah selalu mengingatkan
pada beliau. I lost my motivation of life. Beneran lho, cita-cita saya itu bisa
membanggakan ayah saya. Hanya ayah saya cuy. I told u that I don’t like my
mother, right?
Saya sangat dekat dengan ayah saya. Apa saja yang
saya lakukan akan saya ceritakan pada beliau. Jujur, saya tidak pernah bohong
pada beliau dan sangat menghargainya. Karena beliau yang selalu ada untuk saya
sejak saya kecil. Bahkan sampai akhir hayatnya, beliau hanya mengkhawatirkan
saya. Beneran hanya saya lho, bukan adik atau ibu saya. Btw ini ngetiknya
sambil nangis lho. Terlalu banyak kata ‘lho’ deh kayaknya hahah. Sekarang tanpa
beliau, hidup saya terasa makin sulit. Masalah datang silih berganti.
Rahasia-rahasia lama terkuak hihi. Ini karena saya yang super kepo sih. Jadinya
suka overthinking sendiri kan hahah.
Setelah kepergian ayah, saya jadi sering nangis
walaupun sebenarnya sudah ikhlas tapi saya tidak bisa menahan diri untuk tidak
menangis. Hingga akhirnya tubuh saya mulai sakit-sakitan. Misalnya pusing dan
mual saya kembali lagi. Karena sering menangis dan jarang makan, saya jadi
lemas dan pilek. Persendian saya juga sering sakit, sampai gak bisa berangkat
kuliah karena gak bisa bangun. Iya, sakitnya se-lebay itu. Saya yang anak
kesehatan langsung menyadari kalau ada yang salah dengan tubuh saya, jadi saya
segera ke dokter. Kata dokter ini hanya flu biasa. Tapi sampai obat habispun,
saya masih merasakan gejala-gejala itu. Saya balik lagi ke dokter dong, dan
dikasih obat lagi. Tapi tetep aja sakit. Akhirnya dokter merujuk saya untuk
periksa di Puskesmas. Nah di puskesmas saya diperiksa dan dilakukan tes dahak. Hasilnya
negative virus/bakteri, jadi hanya diberi obat. Karena kurang puas, saya
meminta rujukan untuk diperiksa di rumah sakit. Well, ini sampai
berpindah-pindah poli, dari poli Interna ke poli Paru hihiw. Darah saya di cek
dan juga dilakukan foto rontgen. Ternyata saya sakit. Sakit apa? Kata dokter
saya sakit Bronchopneumonia duplex dan lymphodenopaty. Duplex cuy! Di kedua
paru-paru. Juga ada benjolan di leher bagian kanan saya. I’m dying guys!
Hari demi hari saya lewati dengan minum obat dan
check up di rumah sakit. Trus kuliahnya gimana, tik? Kacau lah. Terima kasih
kepada teman-teman yang selalu mendukung saya saat itu. Dan terima kasih juga
kepada teman-teman saya yang terlalu ambisius yang tak punya perasaan hehe.
Semoga kalian baca ya. Tapi sudah saya maafkan kok hehe. Ibu saya juga bukannya
mengurus saya dan adik saya, tapi malah sibuk dengan orang lain uhuk. FML
banget kan? Sampai detik ini juga saya masih berjuang melawan sakit yang saya
derita ini. Saya sudah menerima penyakit ini. Siapapun yang menulari saya,
terima kasih. Mungkin ini jalan dari Allah untuk menguji seberapa sabar
hamba-Nya ini. Jadi saya selalu berpikir untuk menjalani saja semuanya, toh
nantinya juga akan berlalu. Entah apa saya akan sembuh atau akan menyusul ayah,
hanya Allah yang tahu.
Oke, dua pernyatanyaan sudah terjawab kan? Next,
kenapa putus sama si doi? Hehe. Kalau jodoh juga ga bakalan
kemana kok, bro. Hehe. Tapi pertemanan kita tetap berlanjut kok, Gaes. Alhamdulillah.
Di tahun yang baru, saya ingin memulai kembali hidup
saya. Menjadi orang yang lebih baik. Saya harus bangkit. Saya mencoba menerima
semua ujian yang terjadi di hidup saya. Tapi sepertinya Allah sangat sayang
kepada saya sehingga kembali menguji saya. Well, selamat datang ke jawaban dari
pertanyaan tentang ibu saya. Ibu saya sakit. Karena saya super kepo, saya
mencari tahu penyebab beliau seperti ini. BOOM! Too much information. Saya yang
baru memulai untuk kembali menata hidup saya kembali menjadi tika yang
overthinking dan sering menangis. Jadi tik, what motivates u to live? Suicide
is haram. Hahaha. Saya benar-benar berada di jalan buntu karena tidak tau harus
melakukan apa. Yang bisa saya lakukan hanya berdoa dan berdoa. Semua pasti akan
berlalu. Kita hanya perlu berusaha dan berdoa untuk yang terbaik. Karena
sematang apapun rencana kita, hanya Allah yang tahu apa yang terbaik untuk kita.
Sekian curhatannya. Tschϋs!
0 komentar